Obstruksi usus adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan penanganan cepat. Kondisi ini terjadi ketika ada sumbatan di dalam usus, baik secara mekanis maupun fungsional, sehingga mencegah aliran makanan, cairan, atau gas melalui sistem pencernaan. Bila tidak segera ditangani, obstruksi usus dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti kerusakan jaringan usus atau infeksi berat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, serta cara diagnosis dan pengobatan obstruksi usus. Dengan kesadaran dini, pasien bisa mendapatkan tindakan yang tepat dan mengurangi risiko keparahan penyakit ini.
Penyebab obstruksi usus sangat beragam, mulai dari faktor fisik hingga gangguan fungsi organ. Beberapa penyebab paling umum termasuk perlengketan pascaoperasi, hernia, tumor, penyakit Crohn, volvulus, dan intususepsi. Di sisi lain, obstruksi fungsional bisa disebabkan oleh ileus pascaoperasi, efek samping obat, ketidakseimbangan elektrolit, atau gangguan saraf. Pemahaman tentang penyebab ini membantu dokter menentukan strategi pengobatan yang paling efektif.
Gejala obstruksi usus juga bervariasi tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan penyumbatan. Pasien biasanya mengalami nyeri perut, kembung, mual, muntah, sembelit, atau diare. Dalam kasus yang lebih parah, gejala seperti demam, denyut jantung cepat, dan muntah berbau busuk bisa muncul. Kondisi ini harus segera didiagnosis dan dirawat agar tidak menimbulkan komplikasi serius. Diagnosis bisa dilakukan melalui pemeriksaan fisik, rontgen, atau CT scan, yang memberikan gambaran akurat tentang kondisi usus.
Jenis-Jenis Obstruksi Usus
Obstruksi Mekanis
Obstruksi mekanis adalah jenis penyumbatan yang disebabkan oleh adanya penghalang fisik di dalam usus. Penyebab utama antara lain:
- Perlengketan Pasca-operasi: Jaringan parut yang terbentuk setelah operasi perut menjadi penyebab utama obstruksi usus halus. Sebanyak 55-75% kasus obstruksi disebabkan oleh kondisi ini.
- Hernia: Kondisi di mana bagian usus menonjol melalui celah otot atau jaringan lemah. Hernia bisa menyebabkan sumbatan jika usus tertangkap dalam kantung hernia.
- Tumor: Baik tumor jinak maupun ganas dapat menekan atau menyumbat usus, terutama di usus halus.
- Penyakit Crohn: Peradangan kronis yang menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan usus.
- Volvulus: Kondisi di mana usus terbelit dan memutus aliran darah.
- Intususepsi: Kondisi di mana satu bagian usus masuk ke bagian lainnya, sering terjadi pada anak-anak.
- Ileus Batu Empedu: Sumbatan langka yang terjadi akibat batu empedu yang mengganggu aliran usus.
Di sisi lain, obstruksi pada usus besar sering disebabkan oleh:
- Kanker Kolorektal: Penyebab utama penyumbatan usus besar dengan kontribusi sekitar 60% dari total kasus.
- Divertikulitis dengan Pembentukan Striktur: Peradangan yang menyebabkan jaringan parut dan penyempitan usus.
- Volvulus Kolon Sigmoid: Kondisi yang sering terjadi pada kelompok usia lanjut.
- Sembelit Parah: Khususnya pada lansia, dapat menyebabkan penyumbatan jika tinja terlalu keras dan sulit dikeluarkan.
Obstruksi Fungsional
Obstruksi fungsional terjadi tanpa adanya penghalang fisik, tetapi karena gangguan fungsi otot usus. Penyebab utama meliputi:
- Ileus Pasca-Bedah: Gangguan fungsi usus setelah operasi, yang terjadi pada 10-20% pasien.
- Obat-obatan: Konsumsi opioid, antikolinergik, atau obat psikiatri tertentu bisa mengganggu motilitas usus.
- Ketidakseimbangan Elektrolit: Rendahnya kadar kalium, kalsium, atau magnesium dapat mengganggu kontraksi otot usus.
- Sepsis dan Infeksi: Peradangan sistemik yang memengaruhi fungsi pencernaan.
- Penyakit Neurologis: Seperti Parkinson, cedera tulang belakang, atau stroke, bisa memengaruhi fungsi usus.
Gejala Umum dan Komplikasi
Gejala obstruksi usus bisa bervariasi tergantung lokasi dan tingkat keparahan. Namun, beberapa gejala khas yang sering muncul antara lain:
- Nyeri atau kram perut: Awalnya mungkin ringan, tetapi semakin parah seiring waktu.
- Perut kembung: Akibat penumpukan gas dan cairan di dalam usus.
- Mual dan muntah: Terutama jika obstruksi terjadi di usus halus.
- Sembelit atau sulit buang angin: Tanda bahwa aliran usus terhambat.
- Diare: Bisa terjadi jika penyumbatan parsial.
- Tidak nafsu makan dan lemas: Tanda tubuh sedang berjuang melawan penyumbatan.
Namun, pada pasien lansia atau yang memiliki penyakit tertentu, gejalanya mungkin tidak begitu jelas. Mereka mungkin hanya merasa lelah, mual, atau linglung.
Jika tidak segera ditangani, obstruksi usus bisa menyebabkan komplikasi serius seperti:
- Nyeri perut hebat dan konstan: Bukan sekadar kram.
- Demam atau menggigil: Tanda infeksi.
- Denyut jantung cepat: Tanda tubuh sedang berusaha mengatasi kondisi darurat.
- Perut bengkak dan keras: Menunjukkan penumpukan cairan atau gas.
- Muntah berbau busuk atau menyerupai ampas kopi: Tanda usus terblokir secara lengkap.
Diagnosis dan Teknologi Medis Terkini
Diagnosis obstruksi usus dimulai dengan pemeriksaan fisik dan tes darah. Dokter juga akan melakukan rontgen untuk melihat adanya penumpukan cairan atau pelebaran di rongga perut. Meski rontgen sering digunakan, sensitivitasnya hanya sekitar 45-69%, sehingga tidak selalu akurat.
Sebaliknya, CT scan menjadi metode standar untuk mendiagnosis obstruksi usus. Dengan resolusi tinggi, CT scan bisa memberikan gambaran detail tentang lokasi dan penyebab penyumbatan. Kepekaan dan kekhususan CT scan dalam diagnosis ini mencapai 91% dan 89%, jauh lebih unggul dibandingkan rontgen.
Rumah Sakit Royal Progress telah memperkenalkan teknologi CT scan modern yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk meningkatkan akurasi diagnosis. Teknologi ini tidak hanya memberikan hasil yang lebih tepat, tetapi juga meminimalkan paparan radiasi dan mempercepat proses diagnosis. Dengan demikian, pasien bisa segera mendapatkan tindakan pengobatan yang sesuai.
Pengobatan dan Tatalaksana
Pengobatan obstruksi usus bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyumbatan. Banyak pasien bisa pulih tanpa operasi, terutama jika penyumbatan belum terlalu parah. Misalnya, 43% pasien dengan obstruksi usus halus berhasil sembuh tanpa operasi.
Namun, dalam kasus penyumbatan yang berat atau berulang, operasi mungkin diperlukan. Contohnya, pada pasien dengan kanker stadium lanjut, tindakan operasi mungkin tidak lagi menjadi solusi terbaik. Dalam situasi ini, fokus pengobatan lebih pada menjaga kualitas hidup dan prognosis pasien.
Selain itu, pengobatan non-bedah seperti pemberian cairan intravena, obat anti-mual, dan pengaturan pola makan juga bisa membantu mempercepat pemulihan. Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam agar diagnosis dan tatalaksana bisa dilakukan secara tepat dan efektif.
Daftar Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Berikut adalah daftar dokter spesialis penyakit dalam yang tersedia di Rumah Sakit Royal Progress:
- dr. Adeline Intan Pratiwi Pasaribu, Sp.PD – Penyakit Dalam
- dr. Andi Sutanto, Sp.PD., FINASIM – Penyakit Dalam
- dr. Asnath Vera Savitri M, Sp.PD – Penyakit Dalam
- dr. Daulat Josua Philip MT, SpPD, FINASIM, FACP – Penyakit Dalam
- dr. Dendi Kadarsan, Sp.PD., MM., FINASIM – Hemodialisa, Ginjal & Hipertensi
- dr. Hariyono, Sp.PD., FINASIM – Penyakit Dalam
- dr. Pandu Tridana Sakti, SpPD – Penyakit Dalam
- dr. Prionggo, SpPD-KGEH – Penyakit Dalam
- dr. Sinaga Liberto Sambas, Sp.PD – Penyakit Dalam
- dr. Tambatua Panjaitan, Sp.PD – Penyakit Dalam
- Prof. Dr. dr. Endang Susalit, Sp.PD-KGH – Hemodialisa, Ginjal & Hipertensi
- Prof. Dr.dr.Daldiyono, Sp.PD-KGEH – Penyakit Dalam
Untuk informasi lebih lanjut atau membuat janji temu, silakan klik tombol “Buat Janji” di masing-masing profil dokter.
Sumber Informasi Tambahan
- Intestinal obstruction – Symptoms & causes – Mayo Clinic
- Small bowel obstruction – Radiology Reference Article – Radiopaedia.org
- Large bowel obstruction – Radiology Reference Article – Radiopaedia.org
- Small Bowel Obstruction – StatPearls – NCBI Bookshelf
- Ileus and Bowel Obstruction – Holland-Frei Cancer Medicine – NCBI Bookshelf


Komentar