Penulis : Wida Octaria (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Ilmu Pemerintahan)
Kabar Tren, Opini – Ketahanan pangan merupakan kondisi di mana setiap individu memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang aman, bergizi, dan berkelanjutan. Papua, sebagai salah satu wilayah di Indonesia dengan tantangan geografis dan infrastruktur yang terbatas, menghadapi berbagai permasalahan dalam upaya mencapai ketahanan pangan. Salah satu tantangan utama adalah disparitas harga pangan yang tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Menurut data Badan Pangan Nasional per September 2024, harga beras premium di Papua mencapai Rp18.000 per kilogram, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar Rp15.000 per kilogram. Komoditas lainnya, seperti telur ayam dan minyak goreng, juga mengalami kenaikan harga signifikan yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Tingginya harga pangan ini berdampak langsung pada ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), masyarakat Papua mengalokasikan hingga 57,36% pendapatan mereka untuk konsumsi pangan, yang merupakan persentase tertinggi secara nasional. Dampaknya terlihat dalam tingginya prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan (Prevalence of Undernourishment/PoU) yang mencapai 36,18% serta angka stunting yang mencapai 34,6% berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Angka ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat Papua yang masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dasar mereka, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut. Bahan pangan yang sangat mahal menjadi faktor utama ketersediaan pangan yang kritis, pada kenyataannya mereka sering melakukan barter hasil kebun dengan mie instan bahkan beras yang mereka dapatkan dari warung-warung sekitar, bukan hanya faktor harga mahal akan tetapi faktor infrastruktur dan bahaya menjangkau antar 1 daerah dengan daerah lain terutama turun ke perkotaan yang menjadikan harga komoditas pangan sangat mahal karena lokasi yang terisolir dah bahaya. Anak-anak kecil sering mendapatkan snack dari para anggota TNI-Polri yang sedang bertugas di daerah Papua.
Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai upaya perlu dilakukan guna memperkuat ketahanan pangan di Papua. Salah satu strategi utama adalah penguatan infrastruktur transportasi dan logistik pangan. Pembangunan jalan, pelabuhan, serta bandara menjadi prioritas untuk memperlancar distribusi pangan ke daerah-daerah terpencil. Selain itu, pengembangan sentra logistik pangan dan optimalisasi transportasi multimoda dapat membantu menstabilkan harga pangan serta memastikan pasokan yang cukup.
Selain infrastruktur, upaya pengembangan produksi pangan lokal juga harus menjadi perhatian utama. Intensifikasi pertanian dengan penggunaan teknologi tepat guna serta pendampingan kepada petani dalam meningkatkan produktivitas sangat diperlukan. Pengembangan varietas tanaman pangan yang sesuai dengan kondisi geografis Papua juga perlu dilakukan agar hasil pertanian lebih optimal. Dalam beberapa daerah, program Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) plus akuaponik telah berhasil meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dengan memanfaatkan sistem yang sederhana dan efisien. Program ini memungkinkan masyarakat untuk membudidayakan ikan dan sayuran dalam satu ekosistem, sehingga dapat menghasilkan bahan pangan secara mandiri.
Selain program budidaya, konsep Pertanian Keluarga yang telah diterapkan di Kabupaten Jayapura dan Keerom juga menunjukkan hasil yang positif. Program ini melibatkan budidaya cabai keriting dan ikan lele, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pasokan pangan dari luar daerah serta meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Penerapan praktik pertanian berbasis kearifan lokal juga dapat menjadi solusi dalam memperkuat ketahanan pangan di Papua. Masyarakat setempat telah lama mengembangkan sistem pertanian tradisional yang sesuai dengan kondisi geografis masing-masing, seperti metode bercocok tanam di dataran tinggi maupun sistem agroforestri di daerah pesisir. Pemanfaatan kearifan lokal ini harus diperkuat dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang berpihak pada petani lokal.
Ketahanan pangan di Papua tidak hanya bergantung pada ketersediaan pangan semata, tetapi juga pada aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan sistem pangan. Oleh karena itu, pemerintah, akademisi, serta masyarakat perlu bekerja sama dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berbasis kebutuhan lokal. Dengan strategi yang tepat dan sinergi antar pemangku kepentingan, diharapkan Papua dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih baik, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara signifikan. Papua khususnya papua pegunungan adalah daerah yang tepat untuk menerima bantuan pangan terkait ketahanan pangan mereka yang kritis, dengan demikian program makan bergizi gratis lebih cocok dan darurat dilaksanakan di Papua.
REFERENSI:
Ajahra, K. (2024). Disparitas Harga Pangan di Papua dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat – Mahasiswa.co.id. Https://Mahasiswa.Co.Id/Disparitas-Harga-Pangan-Di-Papua-Dan-Implikasinya-Terhadap-Ketahanan-Pangan-Masyarakat/8749/.
Badan Pangan Nasional. (2020, November). Pertanian Keluarga Bantu Entaskan Daerah Rentan Rawan Pangan di Papua. Https://Badanpangan.Go.Id/Blog/Post/Pertanian-Keluarga-Bantu-Entaskan-Daerah-Rentan-Rawan-Pangan-Di-Papua.
Fachrizal, R., Amir, A., Ginting, N. M., & Panga, N. (2021). PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT ASLI PAPUA MELALUI PELATIHAN BUDIKDAMBER PLUS AKUAPONIK. Musamus Devotion Journal. https://doi.org/https://doi.org/10.35724/mdj.v3i2.4049
Komentar